LAPORAN PRAKTIKUM
OCEANOGRAFI
Oleh :
MARJUKY
C1K010036
PROGRAM STUDY BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Oceanografi ini, sebagai salah satu syarat mengikuti
respon akhir praktikum Oceanografi.
Tujuan diadakannya
praktikum ini yaitu untuk mengetahui kondisi parameter fisika dan parameter kimia, serta
hubungan antara parameter.
Terselesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari Ibu Ayu Adhita Damayanti selaku dosen
pembimbing dan Asisten Praktikum serta teman–teman semua, untuk itu penulis khaturkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis sangat
menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan ketelitian.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan dan kelancaran pembuatan laporan Oceanografi ini.
Mataram, Desember
2011
Penulis,
Marjuky
C1K010036
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN
PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR
ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL............................................................................................ v
RINGKASAN ….............................................................................................. vi
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang................................................................................................ 1
1.2. Tujuan
Praktikum............................................................................................ 1
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
BAB
III. CARA PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat Praktikum.......................................................................... 4
3.2.
Alat dan Bahan Praktikum, Fungsinya............................................................. 4
3.3.
Cara Kerja......................................................................................................... 5
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan............................................................................................. 7
4.2. Analisis Data..................................................................................................... 10
4.3. Pembahasan...................................................................................................... 11
BAB
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan....................................................................................................... 14
5.2.
Saran................................................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................. 15
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
3.1. Alat
Praktikum ..........…..……................................................................... 4
3.2. Bahan
Praktikum .........….......................................................................... 4
4.1. Data Pengukuran Pasang Surut................................................................... 7
4.2. Tabel Parameter Fisika dan Kimia........................... …….......................... 9
4.3. Data Plankton.............................................................................................. 9
RINGKASAN
Praktikum oceanografi ini dilatar belakangi karena bumi ini sebagian besar terdiri
dari perairan. Serta kondisi-kondisi yang terjadi di suatu perairan. Kondisi
tersebut meliputi parameter fisika dan parameter kimia. Tujuan dari praktikum
ini yaitu untuk mengetahui kualitas air laut baik secara oceanografi fisika
maupun oceanografi kimianya, serta mengetahui hubungan antar
parameter-parameter tersebut. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu-Minggu, 10-11 Desember 2011 dari pukul 16.00-15.00 WITA di perairan
sekitar Sekotong desa Ela-Ela Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Alat
yang digunakan yaitu tidal staff, termometer, seccy disc, refraktometer,
plankton net, pH paper serta kotak pH. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa
pasang tertinggi terjadi pada pukul 23.00 WITA dan 12.00 WITA dengan
masing-masing ketinggian mencapai 211 cm dan 145 cm, sedangkan surut terendah
pada pukul 06.00 WITA dengan ketinggiannya 48 cm. Hal ini dapat digolongkan pasang
surut ini pada tipe pasang surut berganda, ini dikarenakan dalam waktu
terjadi dua kali pasang dan satu kali surut. Suhunya yang
stabil berkisar antara 29-30°C, pH air laut yang optimal karena dari setiap
stasiun berkisar antara 7-8, serta salinitasnya yang tidak terdapat perbedaan
yang signifikan disetiap titik stasiun yaitu berkisar antara 36-37 ppt. Selain
parameter fisika dan kimia, juga diamati parameter biologinya yaitu sampling
plankton. Banyak plankton yang tersebar di perairan tersebut, diantaranya yang
paling dominan yaitu Anabaena sp. dan Spirulina sp.
Ini dapat disimpulkan bahwa perairan
tersebut cocok untuk dilakukan budidaya. Karena faktor-faktor kondisi fisika
dan kimianya sudah mencapai tingkat kestabilan untuk budidaya, serta
pertumbuhan plankton yang baik.
Kata Kunci :
parameter fisika, parameter kimia, parameter biologi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Oceanografi dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai ilmu yang mempelajari lautan serta gejala yang terjadi didalamnya. Laut
merupakan sumber kehidupan. Laut seperti halnya daratan dihuni oleh biota yakni
tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Oceanografi merupakan disiplin ilmu, karena pada dasarnya
merupakan gabungan sebagai ilmu dasar seperti fisika, kimia, biologi. Kondisi
oceanigrafi meliputi suhu, arus, gelombang, pasang surut, yang digambarkan oleh
fenomena alam, sedangkan oceanografi kimia meliputi salinitas, pH, dan oksigen
terlarut.
Dengan adanya kondisi tersebut menyebabkan kekhasan
masing-masing wilayah diperairan laut. Oleh sebab itu perlu diadakannya
pengamatan mengenai kondisi perairan tersebut sehingga dapat diketahui lautnya
apakah stabil atau tidak.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya
praktikum antara lain :
1.
Untuk
mengetahui parameter fisika dan parameter kimia suatu perairan.
2.
Untuk mengetahui hubungan antar
parameter-parameter tersebut.
3.
Untuk mengetahui apakah suatu perairan
tersebut cocok untuk budidaya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara ekologis
gelombang paling penting dimintakat pasang surut. Dibagian yang agak dalam
pengaruhnya mengurang sampai ke dasar, dan di perairan oseanik ia mempengaruhi pertukaran
udara dan agak dalam. Gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang surut, dan
kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus. Gelombang mempunyai sifat
penghancur. Biota yang hidup dimintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan
terhadap pukulan gelombang. Gelombang dengan mudah menjebol alga-alga dari
substratnya. Ia diduga juga mengubah bentuk karang-karang pembentuk terumbu
(Anonim, 2011).
Air laut
selalu dalam kedaan bergerak. Gerakan gerakan air laut disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti angin yang menghembus di atas permukaan laut. Pengadukan yang
terjadi karena perbedaan suhu dari dua lapisan, tingginya permukaan laut,
pasang surut, dan lain-lain. Gerakan air laut ini dikenal sebagi arus,
gelombang, dan sebagainya (Romimohtarto, 2007).
Perairan laut sangat beragam sebaran geografis, kedalaman serta sifat
fisika- kimianya. Perairan laut di tandai oleh tingkat salinitas >32% serta
kedalaman hingga 11.000 m. Arus, pasang surut, suhu serta dasar
laut yang tidak serta menyebabkan gerakan air laut terutama di permukaan secera
umum perairan laut di bagi sebagai zone fotik (lapisan air yang mendapat sinar
matahari) dan zone afotik (lapisan air dengan sinar matahari tidak dapat
menembus) (Irianto, 2005).
Suhu adalah salah satu fisik yang dapat mempengaruhi
nafsu makan dan pertumbuhan ikan. Suhu air yang optimal untuk ikan daerah
tropis biasanya berkisar antara 25-30°C (Herawati, 1989).
Nilai pH yang terlalu tinggi menyebabkan konsentrasi
CO2 rendah, sehingga
proses fotosintesis terganggu, sedangkan nilai pH yang terlalu rendah maka
dapat menyebabkan organisme mati lemas (Kholis, 2010).
Pasang yang menggelora memperoleh tenaga dari luar
bumi. Tenaga gravitasi menarik air samudra hingga menggelembung kearah bulan,
karena bulan mengedari bumi, gelembung air itu berusaha mengikutinya. Akibatnya
air berguncang bolak-balik seperti dalam mangkuk. Pasang yang besar terjadi
saat matahari dan bulan segaris (Bramwell, 1987).
Untuk mengukur asinnya air laut maka digunakan
istilah salinitas. Salinitas adalah takaran bagi keasinan air laut. Satuannya
promil. Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram perkilogram air
laut. Besar salinitas dapat diukur dengan Salinimeter dan Refraktometer
(Arinardia, 2000).
Bumi dikelilingi oleh dua lautan yang sangat luas
yaitu lautan udara dan lautan air. Keduanya berada dalam keadaan bergerak yang
tetap, dibangkitkan oleh energi matahari dan gaya gravitasi bumi,
gerakan-gerakan saling berhubungan antara angin dan arus (Pariwono, 1989).
Sebagian besar pakan alami adalah plankton baik phytoplankton maupun zooplankton,
pakan ini hidup bebas diberbagai perairan, baik perairan tawar, payau maupun perairan laut dan mampu berkembang
biak dengan tepat.Pakan alami ini dapat diproduksi secara massal pada
lingkungan yang terkendali dan memiliki daya penyesuaian diri(toleransi) yang
tinggi terhadap perubahan ligkungan, pakan ikan juga memiliki bentuk dan ukuran
yang sesuai dengan lebar bukaan mulut larva (ikan) isi selnya padat, tetapi
dindingnya tipis serta tidak mengandung racun (Djariyah, 1995).
BAB III. CARA PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu, 10-11 Desember 2011 pukul 16.00 WITA-selesai bertempat diperairan sekitar Sekotong desa Ela-Ela Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.
3.2. Alat dan Bahan
Praktikum serta Fungsinya
3.2.1. Alat–alat praktikum
Tabel 3.1. Alat
Praktikum
No.
|
Alat praktikum
|
Fungsi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Tidal staff
Termometer
Secchy disc
Tali rafia
yang diikat pada batu
Bola plastik
Stopwatch
Kertas pH
Refraktormeter
Planktonnet
Mikroskop
Pipet tetes
Kotak pH
|
Untuk mengukur pasang surut
Untuk mengukur suhu
Untuk mengukur kecerahan
Untuk mengukur kedalaman
Untuk mengukur kecepatan arus
Untuk menghitung waktu
Untuk mengukur pH
Untuk mengukur
salinitas
Untuk
menyaring botol
Untuk melihat
benda-benda yang sulit dilihat dengan mata telanjang
Untuk
mengambil dan meneteskan sampel air plankton
Untuk
mencocokkan warna pada kertas pH
|
3.2.2. Bahan-bahan praktikum
Tabel 3.2. Bahan
Praktikum
No.
|
Alat praktikum
|
Fungsi
|
1.
2.
3.
|
Lugol
Air laut
Sampel
plankton
|
Untuk mengawetkan plankton
Sebagai sampel
untuk pengamatan kualitas air
Untuk mengidentifikasi plankton
|
3.3. Cara Kerja
3.3.1.
Pemasangan
Pasang Surut
1. Dipasang
papan pasut pada daerah pasang surut yang masih terendam air pada saat surut
terendah.
2. Dicatat
ketinggian air yang terlihat pada tidal staff setiap 1 jam selama 24 jam.
3.3.2. Pengukuran
kecerahan
1. Dimasukkan
secchy disc kedalam air sampai tidak terlihat oleh pandangan mata, kemudian
dicatat kedalamannya (a).
2. Ditarik
secchy disc sampai batas hitam putih terlihat, kemudian dicatat kedalamannya
(b).a
3. Dihitung
kecerahannya, dengan menggunakan rumus :
3.3.3. Pengukuran
suhu air
1. Dicelupkan termometer ke dalam badan perairan.
2. Ditunggu 2-5 menit sampai menunjukkan nilai yang stabil.
3. Dibaca suhu yang tertera pada skala di dalam air.
3.3.4. Kecepatan arus
1. Diikat dengan tali rafia pada tali plastik dan diberi pemberat,
dihanyutkan mengikuti arus.
2. dihitung kecepatan arus (panjang tali terpakai dibagi waktu
tempuh) dan dicatat dalam satuan m/s.
3.3.5. Pengukuran
kedalaman
1. Dimasukkan pemberat ke badan air.
2. Dihitung panjang tali yang tercelup di air sebagai indikator
kedalamannya.
3.3.6. Pengukuran pH
1. Dicelupkan
pH paper pada perairan selama 5 menit.
2. Dibiarkan
beberapa saat.
3. Dicocokkan
warna pH paper dengan kotak skala warna pH.
3.3.7. Pengukuran salinitas
1. Dibersihkan
secara perlahan-lahan dengan tisu.
2. Ditetesi
sampel air laut pada membran refraktormeter.
3. Diarahkan
refraktormeter menuju sumber cahaya.
4. Dicatat
nilai salinitas.
3.3.8. Sampling plankton
1. Diambil
sampel air, dan disaring dengan planktonnet.
2. Dipindahkan
kedalam botol film.
3. Ditambahkan
pengawet sampel plankton yaitu lugol.
4. Diamati
dalam mikroskop.
5. Diidentifikasi
plankton yang telah diamati.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel
4.1. Data Pengukuran Pasang Surut
Kelompok
|
Hari/ Tanggal
|
Waktu (WITA)
|
Ketinggian (cm)
|
I
|
Sabtu, 10 Desember 2011
|
16.00
17.00
18.00
|
140
150
160
|
II
|
Sabtu, 10 Desember 2011
|
19.00
20.00
21.00
|
180
190
205
|
III
|
Sabtu, 10 Desember 2011
|
22.00
23.00
24.00
|
210
211
190
|
IV
|
Minggu, 11 Desember 2011
|
01.00
02.00
03.00
|
150
130
80
|
V
|
Minggu, 11 Desember 2011
|
04.00
05.00
06.00
|
67
50
48
|
VI
|
Minggu, 11 Desember 2011
|
07.00
08.00
09.00
|
50
75
93
|
VII
|
Minggu, 11 Desember 2011
|
10.00
11.00
12.00
|
100
136
145
|
VIII
|
Minggu, 11 Desember 2011
|
13.00
14.00
15.00
|
142
130
138
|
Grafik 4.1. Pasang Surut
|
Tabel
4.2. Parameter Fisika dan Kimia Perairan
No
|
Lokasi/
Stasiun
|
Kelompok
|
Fisika
|
Kimia
|
||||
Kecerahan
|
Kecepatan
Arus
|
Suhu
|
Kedalaman
|
pH
|
Salinitas
|
|||
1
|
I
|
I
|
7,6 meter
|
0,128
|
29
|
22,8 meter
|
7
|
35 ppt
|
2
|
II
|
II
|
7,5 meter
|
0,03
|
30
|
11 meter
|
8
|
36 ppt
|
3
|
III
|
III
|
7,8 meter
|
-
|
28
|
30 meter
|
8
|
35 ppt
|
4
|
IV
|
IV
|
4,5 meter
|
-
|
30
|
13,2 meter
|
8
|
35 ppt
|
5
|
V
|
V
|
6,9 meter
|
0,05
|
29
|
11,10 meter
|
8
|
36 ppt
|
6
|
VI
|
VI
|
7,5 meter
|
0,05
|
29
|
21,9 meter
|
8
|
37 ppt
|
7
|
VII
|
VII
|
6,3 meter
|
0,7
|
29
|
18 meter
|
8
|
36 ppt
|
8
|
VIII
|
VIII
|
6,9 meter
|
0,039
|
29
|
31,20 meter
|
7
|
37 ppt
|
Tabel 4.3. Data Plankton
No.
|
Kelompok
|
Nama spesies
|
Jumlah
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
|
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
|
Anabaena sp.
Gyrosigma sp.
Anabaena sp.
Ceratium
Anabaena sp.
Chaetoceros sp.
Gyrosigma sp.
Naviculla sp.
Spirulina sp.
Holophaeraviridic
Dinophysis sp.
Anabaena sp.
Chaetoceros sp.
Anabaena sp.
Anabaena sp.
Gyrosigma sp.
Naviculla sp.
Biddulphia sp.
Anabaena sp.
Dinophysis sp.
Spirulina sp.
Triceratium sp.
Biddulphia sp.
Ceratium
|
4
3
1
2
5
1
2
3
9
1
1
22
1
11
7
1
1
4
12
1
31
1
1
5
|
4.2. Analisis Data
Perhitungan Plankton Air laut
a.
Bidang Pandang I = 1
b.
Bidang Pandang II = 4
c.
Bidang Pandang III = 0
d. Bidang Pandang IV = 4
e. Bidang Pandang V = 3
∑N =
=
= = 2,4
N = n x x x
=
2,4 x x x
=
2,4 x 506,33 x 1000 x 0.04
=
48607,68
4.3.
Pembahasan
Dalam pengamatan ini dilakukan pengukuran terhadap suhu,
konduktivitas, kecerahan, kedalaman, pH, salinitas, dan kecepatan arus laut.
Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap pasang surut air laut, yaitu
mengenai ketinggian pasang surut air laut yang dihitung tiap jamnya.
Pasang surut air laut adalah naik turunnya air laut di suatu tempat
akibat adanya gaya tarik benda-benda di langit. Pada pengukuran pasut ini
digunakan papan pasut untuk menilai ketinggian air yang kita amati setiap
jamnya. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam sekali dimulai dari jam 16.00-15.00
WITA dihari berikutnya. Pada pengukuran awal air laut berada pada ketinggian
130 cm dari tempat pasang surutnya. Kemudian disetiap jamnya pasang dengan
ketinggian yang bervariasi, dan pasangnya air laut disetiap jamnya tidaklah
langsung naik dengan ketinggian yang drastis, namun dengan ketinggian yang
teratur. Puncak kenaikan arus pasang yaitu pada pukul 23.00 WITA dengan
ketinggian mencapai 211 cm. Pasang ini terjadi sebanyak 2 kali, yaitu pada
pukul 12.00 WITA dihari berikutnya dengan ketinggian mencapai 145 cm. Namun
pada pukul 06.00 WITA air kembali surut dengan ketinggian mencapai 48 cm, namun
besarnya air yang surut tidak berada pada ketinggian yang terlalu jauh dari
ketinggian dijam sebelumnya. Jika dilihat dari keadaan pasang surut tersebut,
dapat digolongkan pasang surut ini pada tipe pasang surut berganda. Hal ini
dikarenakan dalam waktu terjadi dua kali pasang dan satu kali surut dengan
ketinggian yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan secara
teratur.
Selain pengukuran pasut tersebut dilakukan juga pengukuran terhadap
parameter fisika dan kimia air laut, yang meliputi pengukuran suhu, kecepatan
arus, kecerahan, kedalaman, pH dan salinitas air laut.
Pada perairan Pantai Ela-Ela Sekotong ini, diperoleh hasil
pengukuran suhu yang bervariasi dari tiap-tiap stasiun. Pengukuran suhu yang
dilakukan ini yaitu dengan menggunakan termometer. Suhu pada tiap-tiap stasiun
diperoleh tidak terdapat perbedaan yang terlalu jauh yaitu berkisar antara 28-30°C,
Perbedaan itu kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan kondisi awan pada saat
itu, sinar matahari yang memancar pada setiap stasiun memberikan pancaran yang
berbeda-beda, dan adanya perbedaan hembusan angin pada setiap stasiun, serta
waktu pengukuran suhu yang berbeda.
Dari data pengamatan arus dapat dilihat bahwa besarnya kecepatan
arus pada setiap stasiun berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh ada atau
tidak adanya angin serta pasang surut pada perairan tersebut. Kecepatan arus tertinggi terjadi pada stasiun
VI. Kemudian diukur pula kecerahannya. Kecerahan sangat berkaitan dengan
kedalaman, karena semakin dalam suatu perairan maka kecerahan semakin rendah.
Dari hasil data pengamatan diperoleh kecerahan dari setiap titik stasiun
berbeda-beda, ini dikarenakan saat pengukuran kecerahan terjadi perbedaan waktu
pengamatan. Saat intensitas matahari tinggi maka kecerahannya tinggi,
sebaliknya jika intensitas cahaya matahari rendah maka kecerahannya akan rendah
pula. Pada kedalaman suatu perairan, pengukuran kedalaman tertinggi terjadi
pada stasiun VIII dengan kedalaman 31,2 m. Karena secara teori, semakin jauh
suatu titik stasiun maka semakin dalam pula kedalaman suatu perairan.
Pada beberapa stasiun pengamatan pH dari air laut adalah normal,
dan dibeberapa stasiun lainnya menunjukkan air laut tersebut bersifat basa ,
karena pHnya lebih dari 7. Menurut Kholis (2010), mengemukakan bahwa Nilai
pH yang terlalu tinggi menyebabkan konsentrasi CO2
rendah,
sehingga proses fotosintesis terganggu, sedangkan nilai pH yang terlalu rendah
maka dapat menyebabkan organisme mati lemas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pH yang diperoleh termasuk dalam pH yang optimal untuk pertumbuhan plankton
maupun biota laut lainnya. Kemudian pengukuran salinitas, dari data pengamatan
diperoleh masing-masing pengukuran salinitas ditiap titik stasiun tidak
terdapat perbedaan yang signifikan yaitu berkisar antara 36-38 ppt. Perbedaan
salinitas ini dapat dipengaruhi karena adanya perbedaan
kandungan unsur dalam air laut itu sendiri, penguapan, serta curah hujan. Jika
penguapannya tinggi, maka kadar garamnya tinggi pula.
Dilihat dari kualitas air berdasarkan parameter fisika dan
parameter kimia, bahwa perairan Sekotong tersebut dapat digunakan untuk
budidaya biota-biota laut, baik itu tumbuh-tumbuhan maupun hewan laut. Seperti
yang ada diperairan Sekotong, rumput laut dapat tumbuh dan berkembang dengan
subur dan banyak. Habitatnya diperairang dangkal, karena membutuhkan sinar matahari
yang cukup untuk fotosintesis. Dan biota-biota lainnya yang berkembang baik
pada perairan tersebut yaitu bintang laut, landak laut, bulu babi, dan bethos
lainnya.
Pada perairan laut jumlah plankton yang ditemukan sebanyak 133 jenis plankton, yang terdiri dari Anabaena sp., Gyrosigma sp., Ceratium,
Chaetoceros sp., Navicula sp., Spirulina sp., Holosphaera viridic, Dinophysis sp., Biddulphia sp., dan Triceratium
sp. Namun jenis plankton yang paling banyak ditemukan dari semua stasiun
yaitu Anabaena sp. dan Spirulina sp. Anabaena sp. merupakan
Genus Cyanobacteria berfilamen
yang ada sebagai plankton. Hal ini dikenal dengan kemampuan memperbaikinya nitrogen, dan mereka membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu, seperti nyamuk pakis. Mereka adalah salah satu dari empat Genus Cyanobacteria yang menghasilkan neurotoksin, yang berbahaya bagi satwa liar lokal,
serta hewan ternak dan hewan peliharaan.
Sedangkan Spirulina sp. bentuk
tubuhnya yang menyerupai benang yang merupakan rangkaian sel yang berbentuk
silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirulina
sp. hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas. Spirulina,sp.
mengandung pigmen biru yang umum disebut phycocyanin (pigmen yang
dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan menghasilkan antikanker). Adapun
klasifikasi dari Spirulina sp. yaitu Kingdom Protista, Divisi Cyanophyta, Class Cyanophyceae, Order Nostocales, Family Oscilatoriaceae, Genus Spirulina.
BAB
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
dapat diambil dari hasil pengamatan pembahasan tersebut antara lain :
1.
Pasang surut terjadi merupaka tipe pasang
surut berganda, karena terjadi dua kali pasang dan satu kali surut.
2.
Parameter
fisika dan kimia sangat berpengaruh terhadap kepadatan plankton,
baik dilihat dari suhu yang berkisar antara 25-30°C, pH 7-8, salinitas 28-36
ppt di perairan. Sehingga baik untuk pertumbuhan dan perkembangan plankton.
3.
Jenis plankton
yang paling dominan dari setiap stasiun di perairan laut adalah Anabaena sp. dan Spirulina sp.
4.
Kecerahan suatu
perairan berkaitan dengan kedalamnya, semakin dalam suatu perairan maka semakin
rendah kedalamannya.
5.
Salinitas dipengaruhi
adanya perbedaan
kandungan unsur dalam air laut itu sendiri, penguapan, serta curah hujan.
5.2. Saran
Saat praktikum
berlangsung, Asisten Praktikum dan Praktikan agar menyiapkan semua alat yang
dibutuhkan dalam praktikum, sehingga praktikum berjalan sesuai rencana.
DAFTAR
PUSTAKA
Arinardi.
2000. Perairan Kawasan Timur Indonesia.
Erlangga. Jakarta.
Bramwell M.
1987. Samudra. CV-Rosda. Bandung.
Djariyah. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta.
Herawati. 1989. Diktat Limnologi. Brawijaya University Press. Malang.
Irianto A. 2005. Perairan
Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Mahyudin K. 2010. Agribisnis
Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pariwono.
1989. Dasar Oseanografi. Djambatan.
Jakarta.
Romimohtarto K. 2007. Biologi
Laut. Penebar Djambatan. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar